Welcome, dear fellows!

Welcome!
Feel free to surf the highlighted knowledge of biology.Wish you bunch of luck.
:)

Translate

Sunday, 5 July 2015

Vaksinasi dan Teknis Pelaksanaannya



Teknik pelaksanaan dapat dibagi menjadi tiga poin utama yakni Program, Akses, dan Edukasi.
1.    Program
Ø  Indonesia sangat beruntung sejatinya sudah memiliki program yang sangat rapi dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes). Kalau bingung, kenapa ada yang 0,1,2,3,4,9 bulan dana ada yang 0,2,4,6,9 bulan jadwalnya, itu sebenarnya simple. Yang pertama itu program dari Kemenkes, yang kedua itu patokannya IDAI (Ikatan Dokter Agung Indonesia).
Ø  Jadi, pemberian vaksin itu sebenarnya ada jangka waktunya. Jadi kedua jadwal tersebut boleh digunakan karena masih dalam range waktunya. Nah yang Kemenkes kan memang tampak lebih mudah, tinggal tiap bulan datang ke fasilitas kesehatan. Karena itu, untuk memperluas cakupan juga, biasanya digunakan jadwal Kemenkes.
*) Sekarang juga sedang digalakkan sertifikasi imunisasi sebagai syarat untuk masuk SD,lho!!!
2.    Akses
Ø  Sebenarnya program imunisasi ini sudah dapat ditemukan di berbagai tempat, anatara lain RS, Puskesmas, dan Posyandu, bahkan klinik bidan untuk memperluas cakupan. Jadi di tempat- tempat inilah, biasanya melakukan pencatatan rutin untuk imunisasi. Nah, hasil pencatatannya dibawa ke puskesmas kecamatan setempat untuk mendapat sertifikasi.
3.    Edukasi
Ø  Nah untuk edukasi, memang sejauh ini lebih banyak yang turun tangan adalah bidan, kalau di puskesmas. Stok dokter terbatas, jadi dokternya ada di poli-poli lain, sementara bidan yang mengedukasi, menyuntik, dan melakukan pencatatan. Jadi edukasinya mungkin tidak semendetail dokter, namun dapat dikategorikan baik.
Ø  Nah, konflik di lapangannya seperti apa? Tentu masih banyak wilayah yang belum banyak cakupan imunisasinya. Contoh, KLB Difteri di Padang. Permasalahannya simple, imunisasi tidak lengkap.
Ø  Rata-rata permasalahan untuk kasus imunisasi tidak lengkap, antara lain:
-   Percaya mitos, misalnya Vaksinasi MMR menyebabkan autisme.
-   Menganggap agamnya tidak memperbolehkan vaksinasi.
-   Orangtuanya sibuk.
-   Merasa tidak tahu bahwa imunisasi sebegitu PENTINGNYA..
Ø  Nah baru ada di Jakarta 2015, terkenal dengan kutipan mautnya: “Untuk itu, kami membuat program ketuk pintu layani hati. Kalau ketemu wanita usia subur, kita akan cek IVA. Apabila ada bayi imunisasi, kalau ada lansia kita lanjutkan program disitu. Warga Jakarta yang belum memiliki BPJS, kita akan kasih. Harapan kami, semuanya jadi data.” – Kepala Dinkes Jakarta.

Pertanyaan-pertanyaan yang terkumpul antara lain:
1.    Bagaimana cara mengajak para ibu dan bapak di perkotaan besar untuk kondisi lapangan?
2.    “Anak saya ga pernah divaksin sehat-sehat saja sampai sekarang.” Sebenarnya vaksin itu perlu atau tidak?
3.    Apakah ada vaksin generic (mengingat ada obat-generik)?
4.    Apakah vaksin yang mahal dan murah dibedakan dengan efeknya setelah divaksin? (Yang mahal berarti less-toxin, jadi efek demamnya gak separah yang murah. Katanya yang murah dosis toksinnya lebih tinggi jadi memicu imunnya,)
5.    Layanan vaksinasi gratis hanya diberikan oleh pemerintah lewat puskesmas dan posyandu, bukan RS?
6.    Bagaimana dengan vaksin yang tidak diwajibkan namun penting semisal HPV untuk perempuan, adakah trik khusus untuk mengedukasi sasaran atau target? Apa pemeran pemerintah dalam vaksin non wajib tersebut?
7.    Apakah vaksin berpengaruh terhadap otak anak?
8.    Ada 2 jenis vaksin yang diberikan, yakni “whole pertussis” dan “half pertussis” yang lebih mahal karena akan mengurangi efek samping vaksin DPT itu sendiri. Yang dimaksud dengan keduanya itu apa? Apakah bagian dari bakteri pertussisnya diambil sebagian atau seluruhnya atau bagaimana?

Poin-poin penting yang terangkum:
a)    Menjelaskan secara riil tentang manfaat vaksinasi itu tantangan.
·         Berhubungan dengan kesenjangan tinggi, kesibukan masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah di kota besar banyak berkisar berdagang atau mengurus anak. Tugas kita adalah mensosialisasikan algoritma bagaimana  cara vaksinasi anak, yang teknisnya banget, misal dengan mencantumkan foto-foto bayi Indonesia yang terkena campak (se-riil mungkin), maupun memberikan gambaran berupa pengalaman orang lain.
·         Kalau untuk masyarakat ekonomi menengah ke atas, gengsi yang tinggi, malu kalau anaknya tidak diimunisasi justru membuatnya tidak menjadi halangan untuk diberikan promosi vaksinasi.
·         Keuntungan vaksinasi:
1.  Rata-rata 85-0% bisa mencegah terkena penyakit infeksi yang PALING MEMBAHAYAKAN untuk anak.
2.  Kalau anak terkena penyakitnya, infeksinya tidak seberat TIDAK DIVAKSIN.
3.  Semua hal itu dapat didapatkan secara gratis di posyandu dan puskesmas. RSUD masih gratis, yang berbayar hanyalah RS Swasta.
*) Bentar lagi Serifikat Imunisasi menjadi prasyarat masuk SD.

b)    Semua vaksin mau yang generic atau paten memiliki EFEKTIVITAS SAMA.
·         Ingat 3 hal di awal tadi, yakni program, akses, dan edukasi. Program imunisasi sendiri ada yang drai Pemerintah dan rekomendasi IDAI. Namun untuk pelaksanaannya lebih banyak dipakai punya pemerintah karena setiap bulan pasti ada jadwalnya, jadi lebih mudah untuk orangtua. Kemusian untuk aksesnya sendiri mungkin bisa dilihat dari ketersediaan di fasilitas kesehatannya. Vaksinnya ada di posyandu dan puskesmas (untuk yang gratis dari pemerintah) dan di RS Swasta berbayar. Semua vaksin mau yang generic atau paten memiliki EFEKTIVITAS SAMA. Jadikan itu pegangan kita saat akan melakukan tahapan yang ketiga yaitu Edukasi.

c)    Tidak ada pemakaian kata “Less Toxin” dalam vaksin
·         Beda generic dan paten secara jelas adalah yang HiB. Untuk yang paten, ada paketan HiB dengan DPT, jadi sekali suntik cukup. Hati-hati dengan pemakaian kata less-toxin. Kalau terlalu less toxin, bisa memunculkan argument, “Jangan-jangan ini jadi lebih rendah dalam memacu kekebalan tubuh ya?”

d)    Vaksin non-wajib
·         Peran pemerintah terhadap vaksin non-wajib adalah menggencarkan pada kelompok berisiko. Misal, HPV sering dilakukan edukasi ke ibu-ibu PKK untuk vaksin ini, supaya mereka memberitahukan pada warga-warganya. *menggencarkan promosi. Segala imunisasi yang ada di Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), HPV, TT adalah yang paling sering ditemui di lapangan.
·         Trik khusus untuk mengedukasi perihal ini: Sejauh ini, yang jadi masalah hanya kendala biaya vaksin, sisanya sebenarnya sudah cukup bagus edukasinya dari para penyuluh.

e)    Risiko Vaksin terhadap otak
·         PCV (Pneumococcal vaccine) Vaksin adalah vaksin yang infeksinya luas dan dapat berisiko menyebabkan meningitis yaitu peradangan pada selaput otak. [Keterangan lebih lanjut: baca di table IDAI, “PCV”.]

f)     “Whole pertussis” dan “half pertussis”
·         DTP-a KIPI-nya lebih sedikit karena aselular, sementara DTPw atau whole itu mengandung kuman pertussis utuh. Efektivitasnya tetap- SAMA.

g)    Trik Mengedukasi: Jangan mau kegiring pasien!
·         Kunci utama: harus selalu ingat bahwa vaksin baik generic maupun paten, baik whole pertussis maupun half pertussis, EFEKTIVITAS SAMA.


Tanya jawab seputar vaksinasi:

1.    Menurut kawan-kawan jaman sekarang sebenarnya bagaimana sih akses untuk vaksin sendiri di lingkungan tempat tinggal kalian?

2.    Bagaimana tanggapan peserta mengenai “Anak tidak divaksin lebih sehat, vaksin itu haram”?
3.    Kalau system imunnya dari individu itu berbeda, nanti apakah tindakan vaksinasi itu juga berbeda?
4.    Sejauh ini vaksin belum ada generiknya ya?
5.    Jadwal imunisasi juga kan ada yang berbeda ya? Dari IDAI sama pemerintah? Itu keduanya gapapa? (*IDAI= Ikatan Dokter Anak Indonesia)
6.    Kenapa bisa ada vaksin dengan dosis yang berbeda? Terfikir gak sama teman-teman, karena dari tadi kan alasannya lebih murah dan lebih mahal dengan efek mnimal. Seharusnya, menurut teman-teman gimana? Asas adilnya tercapai gak buat masyarakat?
7.    Di materi 1, ditulis ada perbedaan jadwal vaksinasi antara bayi yang lahir di RS sama rumah, kenapa ya? Ada yang tahu?
8.    Kalau misalkan teman-teman berhadapan dengan ibu-ibu yang menolak vaksin, apa yang akan kalian lakukan?
9.    Menurut kalian, seberapa efektif penyuluhan yang dilakukan sama petugas kesehatan di daerah kalian saat ini?

 Beberapa poin penting dari hasil diskusi perihal wawasan peserta seputar materi vaksinasi antara lain:
1.    Poin permasalahan yang ditemukan sejauh ini (berdasarkan pendapat teman-teman) mengenai akses vaksinasi adalah:
1)  Tempat penyimpanan jauh.
2)  Tidak semua puskesmas memiliki akses vaksin atau pelayanannya.
3)  Petugas kurang promotif sehingga masyarakat kurang tahu.
4)  Pendapat kurang tepat di masyarakat (Anak tidak divaksin lebih sehat, Vaksin itu haram.)
2.    Pendapat yang sering diajukan oleh masyarakat yang tidak mau divaksin:
1)  Anak tetap jadi panas setelah divaksin.
2)  Haram
3)  Anak tetap sehat tanpa divaksin.
3.    Mahal murahnya vaksin juga dapat dilihat dari seberapa besar efek samping yang ditimbulakn seperti efek samping( demam) sedikit, kalau murah hasilnya dmam. Hal ini disebabkan perbedaan dosis penyuntikan.
4.    Kenapa terjadi demam setelah vaksinasi? Karena ada pathogen yang dimasukkan ke dalam tubuh dan tubuh berekasi untuk melawan pathogen tersebut.
5.    Vaksin yang mahal itu mengandung virus yang lebih kuat namun dengan jumlah yang sedikit sehingga efek demamnya sedikit.
6.    Adanya perbedaan jadwal vaksinasi antara bayi yang lahir di RS sama di rumah supaya si ibu yang melahirkan bayi di RS tidak lupa untuk melakukan vaksinasi. Selain itu, kalau di rumah, mungkin karena kondisinya, kurang memungkinkan dan si petugas kesehatannya tidak membawa vaksin yang bulan pertama karena prioritasnya adalah menolong orang, jadi yang diberi cuman yang 0 bulan.
7.    Bilamana berhadapan dengan ibu-ibu hendaknya dilakukan edukasi penyuluhan yang baik kepada ibu-ibu tersebut, petugas kesehatan, maupun tokoh masyarakat seputar pembahasan masalah vaksin, manfaat dan resiko bilama tidak dilakukannya vaksin, serta pentingnya vaksin itu sendiri ,bila perlu disertai bukti yang jelas dan konkrit.
8.    Kapasitas sebagai mahasiswa gak hanya berilmu dan memiliki idealism, kawan-kawan bisa manfaatin pengetahuan tersebut untuk menyebtuk masyarakat melalui informasi yang dikemas secara menarik. Dengan begitu, masyarakat akan dapat info terpercaya langsung dari anak-anak kedokteran daripada membaca blog yang kadang infonya bikin sesat. Intinya, bagaimana caranya kita mengemas info terpecaya tersebut dengan menarik dan mudah dimengerti orang awam.
 

1 comment:

  1. Tunggu apa lagi segera daftarkan diri anda di
    ROYALQQ.POKER

    Jalan menuju kemenangan hanya ada di ROYALQQ.POKER

    ReplyDelete