Welcome, dear fellows!

Welcome!
Feel free to surf the highlighted knowledge of biology.Wish you bunch of luck.
:)

Translate

Tuesday, 7 July 2015

Epifisis, Diafisis, dan Metafisis



"Sebuah tulang panjang terdiri dari tiga bagian: epifisis, diafisis dan metafisis."
Definisi epifisis, diafis dan metafisis
  •  Sebuah tulang panjang adalah tulang silinder yang memanjang seperti yang terlihat pada femur atau tulang paha; dan humerus, atau tulang lengan atas. 
  • Sebuah epifisis adalah salah satu ujung bulat tulang panjang tubuh yang membuat sendi.
  • Diafisis adalah bagian tengah tulang panjang. Di sisnilah metafisis berada. 
  • Metafisis adalah daerah melebar tepat di bawah epifisis di mana lempeng pertumbuhan ditemukan. sebuah lempeng pertumbuhan. 
    • Sebuah lempeng pertumbuhan disebut juga fisis, adalah daerah yang memungkinkan untuk pertumbuhan tulang selama masa kanak-kanak. Lempeng pertumbuhan menguat, atau mengeras menjadi tulang setelah pembangunan selesai, di suatu tempat antara masa remaja akhir dan awal dua puluhan.
EPIFISIS
 Bagian penyusun Epifisis
  • Epifisis ditutupi dengan tulang rawan artikular dan penuh dengan sumsum tulang merah
    • Tulang rawan artikular adalah bentuk kokoh tapi fleksibel jaringan ikat yang membantu dalam mendukung dan gerakan sendi.
    • Sumsum tulang merah adalah jaringan yang terletak di dalam tulang yang menghasilkan sel-sel darah merah, sel darah putih dan trombosit.
      • Sel darah merah bertanggung jawab untuk transportasi oksigen.
      • Sel darah putih, juga disebut leukosit, melindungi tubuh terhadap zat-zat asing seperti infeksi.
      • Trombosit atau keping darah adalah bagian penting dari darah yang diatur hemostasis atau menghentikan aliran darah dari pembuluh darah yang rusak.
Nyeri pinggang dapat terjadi ketika kerusakan telah dilakukan epifisis. 
  • Epifisis, karena dengan bagian lain dari tulang panjang, dapat mengalami kerusakan. Sebuah epifisis caput femoralis, misalnya adalah fraktur yang dapat mengakibatkan pecah di persatuan lempeng pertumbuhan tulang. Pecah dalam tulang ini dapat menyebabkan ujung bulat untuk menyelinap ke metafisis. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri pinggul dan disfungsi. Nyeri juga bisa dialami pada pinggul atau pangkal paha, paha atau lutut.
  • Pengobatan untuk kondisi ini adalah pencegahan perpindahan lebih lanjut dari ujung tulang panjang ke poros atau diafisis dan stabilisasi tulang untuk mencapai penyembuhan yang tepat dan kemungkinan penutupan lempeng pertumbuhan. Hal ini dicapai melalui bantalan non-berat, imobilisasi melalui casting, dan fiksasi internal kemungkinan tulang. Fiksasi internal adalah prosedur dimana epifisis tulang diiikat bersama-sama melalui serangkaian pin atau sekrup.
DIAFISIS & METAFISIS
  • Diafisis atau batang merupakan bagian tengah tulang yang berbentuk silinder dan tersususn dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar,
  • Metafisis adalah bagain tulang yang melebar dekat ujung/ akhir batang. Daerah ini disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sumsum merah. Sumsum merah juga terdapat di nahiam epifisis dan diafisis tulang.
  • Pada anak-anak, sumsum merah mengisi sebagian besar bagian dalam tulang panjang. Sumsum merah berubah menjadi sumsum kuning sejalan dengan pertambahan usia anak tersebut. Pada orang dewasa, aktivitas hematopoietik menjadi terbatas (hanya pada sternum dan krista iliaca), walaupun tulang-tulang yang lain masih berpotensi untuk aktif kembali jika diperlukan. Sumsum kuning yang terdapat pada diafisis tulang orang dewasa terdiri atas sel-sel lemak.
  • Metafisis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas untuk perlekatan tendon dan ligamen pada epifisis. 
  • Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis yang letaknya dekat sendi tulang panjang bersatu dengan merafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang terhenti. 
  • Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum. 
  •  Periosteum mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria nutrisi. Lokasi dan keutuhan dari pembuluh-pembuluh inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang patah pada saat mengalami kerusakan. 
  • Semakin tebal lapisan periosteum, semakin cepat penyembuhan trauma tulang.
 

Monday, 6 July 2015

Jaringan Tulang

Tulang tersusun atas empat lapisan. Lapisan tulang dari luar ke dalam terdapat periosteum, tulang kompak, tulang spongiosa, dan sumsum tulang.

Umumnya penyusun tulang di seluruh tubuh kita semuanya berasal dari material yang sama. Dari luar ke dalam secara berurutan akan dapat menemukan lapisan-lapisan:
  1. Periosteum
  2. Tulang kompak
  3. Tulang spongiosa
  4. Sumsum tulang
1. Periosteum
 Periosteum sebagai lapisan pertama.
  • Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum.
  • Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis.
  • Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah.
  • Periosteum merupakan lapisan membran fibrosa yang meliputi hampir seluruh bagian tulang.
  • Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam meemberikan nutrisi, pertumbuhan dan reaparasi tulang yang rusak.
2. Tulang kompak (Compact Bone)
 Lapisan kedua: tulang kompak.
  • Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak.
  • Tulang ini teksturnya halus dan sangat kuat.
  • Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebi banyak mengandung kapur (Calcium Phospat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat.
  • Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak dan bayi.
  • Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serta sehingga menjadi lebih lentur.
  • Tulang kompak paling banyak ditemukan di kaki dan tangan.

3. Tulang spongiosa (Spongy bone)
 Tulang keras dan tulang spongiosa
  • Pada lapisan ketiga kita akan bertemu dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan namanya, tulang spongiosa memiliki banyak rongga.
  • Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah.
  • Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.
4. Sumsum tulang (Bone marrow)
  • Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum tulang.
  • Sumsum tulang wujudnya seerti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan di bagian tulang spongiosa.
  • Sumsum tulang berperan penting dalm tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.
Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya tulang dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Tulang Rawan (Kartilago)
  • Tulang rawan adalah tulang yang tidak mengandung pembuluh darah dan saraf kecuali lapisan luarnya (perikondrium). Perikondrium adalah  selubung jaringan ikat padat yang mengelilingi tulang rawan di kebanyakan tempat yang membentuk tempat pertemuan antara tulang rawan dan jaringan yang disangga tulang tersebut.
  • Tulang rawan memiliki sifat lentur karena tulang rawan tersusun atas zat interseluler yang berbentuk jelly yaitu condroithin sulfat yang didalamnya terdapat serabut kolagen dan elastin.
  • Maka dari itu tulang rawan bersifar lentur dan lebih kuat dibandingkan dengan jaringan ikat biasa.
Pada zat interselluler tersebut juga terdapat rongga-rongga yang disebut lacuna yang berisi sel tulang rawan yaitu chondrosit.
Tulang rawan terdiri dari tiga tipe yaitu tulang rawan hyalin, tulang rawan fibrin dan tulang rawan elastis.
  1. Tulang rawan hyalin; tulang yang berwarna putih sedikit kebiru-biruan, mengandung serat -serat kolagen dan chondrosit. Tulang rawan hyalin dapat kita temukan pada laring, trakea, bronkus, ujung-ujung tulang panjang, tulang rususk bagian depan, cuping hidung, dan rangka janin.
  2. Tulang rawan elastis; tulang yang mengandung serabut-serabut elastis. Tulang rawan elastis dapat kita temukan pada daun telinga, tuba eustachii (pada telinga) dan laring.
  3. Tulang rawan fibrosal ;tulang yang mengandung banyak sekali bundel-bundel serat kolagen sehingga tulang rawan fibrosa sangat kuat dan lebih kaku. Tulang ini dapat kita temukan pada discus diantara tulang vertebrae dan pada simfisis pubis diantara 2 tulang pubis.
Tulang rawan hyalin

Tulang rawan elastis
Tulang rawan fibrosa

Pada orang dewasa tulang rawan jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan anak -anak. Pada orang dewasa tulang rawan hanya ditemukan pada beberapa tempat yaitu cuping hidung, cuping telinga, antar tulang rusuk (costal cartilage) dan tulang dada, sendi-sendi tulang, antarruas tulang belakang dan pada cakra epifisis.
Salah satu contoh tulang rawan terdapat pada bagian antar tulang rusuk (costal cartilage).

2. Tulang keras (Osteon)
Tulang keras atau yang sering kita sebut sebagi tulang yang berfungsi menyusun berbagai sitem rangka, tersusun atas:
  1. Osteoblas : sel pemberntuk jaringan tulang
  2. Osteosit ; sel-sel tulang dewasa
  3. Osteoklas : sel-sel penghancur tulang
Foto struktural bagian dalam tulang

Matriks tulang Tulang kompak (Compact bone)
Jaringan tulang, saluran Haversi, Sel tulang, dan Canaliculi.
  • Tulang kompak terdiri dari sistem-sistem Havers,
  • Setiap sistem Havers terdiri dari saluran Havers (Canalis = saluran).
  • Saluran Havers yaitu suatu saluran yang sejajar dengan sumbu tulang, di dalam saluran terdapat pembuluh-pembuluh darah dan saraf.
  • Di sekeliling sistem Havers, terdapat lamaela-lamela yang konsentris dan berlapis-lapis. Lamela adalah suatu zat interseluler yang berkapur.
  • Pada lamela terdapat rongga- rongga yang disebut lacuna.
  • Di dalam lacuna terdapat osteosit.
  • Dari lacuna keluar menuju ke segala arah saluran-saluran kecil yang disebut canaliculi yang berhubungan dengan lacuna lain atau canalis Havers.
  • Canaliculi penting dalam nutrisi osteosit.
  • Di antara sistem Havers, terdpaat lamela interstitial yang lamela-lamelanya tidak berkaitan dengan sistem Havers.
  • Pembuluh darah dari periosteum menembus tulang kompak melalui saluran volkman dan berhubungan dengan pembuluh darah saluran Havers,
  • Kedua saluran ini arahnya saling tegak lurus dan tulang spons tudak mengandung sistem Havers.

Proses pembentukan tulang
Osifikasi adalah proses pembentukan tulang.
  • Osifikasi atau yang disebut sebagai proses pembentukan tulang telah bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai dewasa.
  • Osifikasi dimulai dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut mengandung banyak pembuluh darah akan berubah menjadi osteoblas, dan bila tidak mengandung pembuluh darah, maka akan berubah menjadi kondroblas.
  • Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuknya tulang rawan (kartilago).
  • Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di bagian tenga htulang rawan, merangsang sel-sel perichondrium dan berubah menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta, dan perichondrium akan beribah menjadi periosteum.
  • Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah dan menyebabkan terjadinya kenaikan pH ( menjadi basa) akibat zat kapur (Ca2+/ Calsium) didepositkan, dengan demikian terganggulah nutrisi sel-sel tulang rawan yang menyebabkan terjadinya degenerasi atau penurunan fungsional tulang yang akan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini.
  • Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan pelarutan dari zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang.
  • Pada tahap selanjutnya, pembuluh darah akan memasuki daerah epifisis sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa.
  • Dengan demikian masih tersisa tulang rawan di kedua ujung epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan di anatra epifise dan diafase yang disebut sebagai cakram epifise.
  • Selama pertumbuhan sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-menerus membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise, dengan demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang.
  • Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang di daerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga sumsum membesar, dan pada saat uang bersamaan, osteoblas di periosteum membetuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan.
Anatomi selular tulang
Umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari material yang sama. Dari luar ke dalam secara berurutan akan dapat menemukan lapisan-lapisan : Periosteum Tulang kompak Tulang spongiosa Sumsum tulang

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
Umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari material yang sama. Dari luar ke dalam secara berurutan akan dapat menemukan lapisan-lapisan : Periosteum Tulang kompak Tulang spongiosa Sumsum tulang

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
Umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari material yang sama. Dari luar ke dalam secara berurutan akan dapat menemukan lapisan-lapisan : Periosteum Tulang kompak Tulang spongiosa Sumsum tulang

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
Umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari material yang sama. Dari luar ke dalam secara berurutan akan dapat menemukan lapisan-lapisan : Periosteum Tulang kompak Tulang spongiosa Sumsum tulang

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Sunday, 5 July 2015

Vaksinasi dan Teknis Pelaksanaannya



Teknik pelaksanaan dapat dibagi menjadi tiga poin utama yakni Program, Akses, dan Edukasi.
1.    Program
Ø  Indonesia sangat beruntung sejatinya sudah memiliki program yang sangat rapi dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes). Kalau bingung, kenapa ada yang 0,1,2,3,4,9 bulan dana ada yang 0,2,4,6,9 bulan jadwalnya, itu sebenarnya simple. Yang pertama itu program dari Kemenkes, yang kedua itu patokannya IDAI (Ikatan Dokter Agung Indonesia).
Ø  Jadi, pemberian vaksin itu sebenarnya ada jangka waktunya. Jadi kedua jadwal tersebut boleh digunakan karena masih dalam range waktunya. Nah yang Kemenkes kan memang tampak lebih mudah, tinggal tiap bulan datang ke fasilitas kesehatan. Karena itu, untuk memperluas cakupan juga, biasanya digunakan jadwal Kemenkes.
*) Sekarang juga sedang digalakkan sertifikasi imunisasi sebagai syarat untuk masuk SD,lho!!!
2.    Akses
Ø  Sebenarnya program imunisasi ini sudah dapat ditemukan di berbagai tempat, anatara lain RS, Puskesmas, dan Posyandu, bahkan klinik bidan untuk memperluas cakupan. Jadi di tempat- tempat inilah, biasanya melakukan pencatatan rutin untuk imunisasi. Nah, hasil pencatatannya dibawa ke puskesmas kecamatan setempat untuk mendapat sertifikasi.
3.    Edukasi
Ø  Nah untuk edukasi, memang sejauh ini lebih banyak yang turun tangan adalah bidan, kalau di puskesmas. Stok dokter terbatas, jadi dokternya ada di poli-poli lain, sementara bidan yang mengedukasi, menyuntik, dan melakukan pencatatan. Jadi edukasinya mungkin tidak semendetail dokter, namun dapat dikategorikan baik.
Ø  Nah, konflik di lapangannya seperti apa? Tentu masih banyak wilayah yang belum banyak cakupan imunisasinya. Contoh, KLB Difteri di Padang. Permasalahannya simple, imunisasi tidak lengkap.
Ø  Rata-rata permasalahan untuk kasus imunisasi tidak lengkap, antara lain:
-   Percaya mitos, misalnya Vaksinasi MMR menyebabkan autisme.
-   Menganggap agamnya tidak memperbolehkan vaksinasi.
-   Orangtuanya sibuk.
-   Merasa tidak tahu bahwa imunisasi sebegitu PENTINGNYA..
Ø  Nah baru ada di Jakarta 2015, terkenal dengan kutipan mautnya: “Untuk itu, kami membuat program ketuk pintu layani hati. Kalau ketemu wanita usia subur, kita akan cek IVA. Apabila ada bayi imunisasi, kalau ada lansia kita lanjutkan program disitu. Warga Jakarta yang belum memiliki BPJS, kita akan kasih. Harapan kami, semuanya jadi data.” – Kepala Dinkes Jakarta.

Pertanyaan-pertanyaan yang terkumpul antara lain:
1.    Bagaimana cara mengajak para ibu dan bapak di perkotaan besar untuk kondisi lapangan?
2.    “Anak saya ga pernah divaksin sehat-sehat saja sampai sekarang.” Sebenarnya vaksin itu perlu atau tidak?
3.    Apakah ada vaksin generic (mengingat ada obat-generik)?
4.    Apakah vaksin yang mahal dan murah dibedakan dengan efeknya setelah divaksin? (Yang mahal berarti less-toxin, jadi efek demamnya gak separah yang murah. Katanya yang murah dosis toksinnya lebih tinggi jadi memicu imunnya,)
5.    Layanan vaksinasi gratis hanya diberikan oleh pemerintah lewat puskesmas dan posyandu, bukan RS?
6.    Bagaimana dengan vaksin yang tidak diwajibkan namun penting semisal HPV untuk perempuan, adakah trik khusus untuk mengedukasi sasaran atau target? Apa pemeran pemerintah dalam vaksin non wajib tersebut?
7.    Apakah vaksin berpengaruh terhadap otak anak?
8.    Ada 2 jenis vaksin yang diberikan, yakni “whole pertussis” dan “half pertussis” yang lebih mahal karena akan mengurangi efek samping vaksin DPT itu sendiri. Yang dimaksud dengan keduanya itu apa? Apakah bagian dari bakteri pertussisnya diambil sebagian atau seluruhnya atau bagaimana?

Poin-poin penting yang terangkum:
a)    Menjelaskan secara riil tentang manfaat vaksinasi itu tantangan.
·         Berhubungan dengan kesenjangan tinggi, kesibukan masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah di kota besar banyak berkisar berdagang atau mengurus anak. Tugas kita adalah mensosialisasikan algoritma bagaimana  cara vaksinasi anak, yang teknisnya banget, misal dengan mencantumkan foto-foto bayi Indonesia yang terkena campak (se-riil mungkin), maupun memberikan gambaran berupa pengalaman orang lain.
·         Kalau untuk masyarakat ekonomi menengah ke atas, gengsi yang tinggi, malu kalau anaknya tidak diimunisasi justru membuatnya tidak menjadi halangan untuk diberikan promosi vaksinasi.
·         Keuntungan vaksinasi:
1.  Rata-rata 85-0% bisa mencegah terkena penyakit infeksi yang PALING MEMBAHAYAKAN untuk anak.
2.  Kalau anak terkena penyakitnya, infeksinya tidak seberat TIDAK DIVAKSIN.
3.  Semua hal itu dapat didapatkan secara gratis di posyandu dan puskesmas. RSUD masih gratis, yang berbayar hanyalah RS Swasta.
*) Bentar lagi Serifikat Imunisasi menjadi prasyarat masuk SD.

b)    Semua vaksin mau yang generic atau paten memiliki EFEKTIVITAS SAMA.
·         Ingat 3 hal di awal tadi, yakni program, akses, dan edukasi. Program imunisasi sendiri ada yang drai Pemerintah dan rekomendasi IDAI. Namun untuk pelaksanaannya lebih banyak dipakai punya pemerintah karena setiap bulan pasti ada jadwalnya, jadi lebih mudah untuk orangtua. Kemusian untuk aksesnya sendiri mungkin bisa dilihat dari ketersediaan di fasilitas kesehatannya. Vaksinnya ada di posyandu dan puskesmas (untuk yang gratis dari pemerintah) dan di RS Swasta berbayar. Semua vaksin mau yang generic atau paten memiliki EFEKTIVITAS SAMA. Jadikan itu pegangan kita saat akan melakukan tahapan yang ketiga yaitu Edukasi.

c)    Tidak ada pemakaian kata “Less Toxin” dalam vaksin
·         Beda generic dan paten secara jelas adalah yang HiB. Untuk yang paten, ada paketan HiB dengan DPT, jadi sekali suntik cukup. Hati-hati dengan pemakaian kata less-toxin. Kalau terlalu less toxin, bisa memunculkan argument, “Jangan-jangan ini jadi lebih rendah dalam memacu kekebalan tubuh ya?”

d)    Vaksin non-wajib
·         Peran pemerintah terhadap vaksin non-wajib adalah menggencarkan pada kelompok berisiko. Misal, HPV sering dilakukan edukasi ke ibu-ibu PKK untuk vaksin ini, supaya mereka memberitahukan pada warga-warganya. *menggencarkan promosi. Segala imunisasi yang ada di Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), HPV, TT adalah yang paling sering ditemui di lapangan.
·         Trik khusus untuk mengedukasi perihal ini: Sejauh ini, yang jadi masalah hanya kendala biaya vaksin, sisanya sebenarnya sudah cukup bagus edukasinya dari para penyuluh.

e)    Risiko Vaksin terhadap otak
·         PCV (Pneumococcal vaccine) Vaksin adalah vaksin yang infeksinya luas dan dapat berisiko menyebabkan meningitis yaitu peradangan pada selaput otak. [Keterangan lebih lanjut: baca di table IDAI, “PCV”.]

f)     “Whole pertussis” dan “half pertussis”
·         DTP-a KIPI-nya lebih sedikit karena aselular, sementara DTPw atau whole itu mengandung kuman pertussis utuh. Efektivitasnya tetap- SAMA.

g)    Trik Mengedukasi: Jangan mau kegiring pasien!
·         Kunci utama: harus selalu ingat bahwa vaksin baik generic maupun paten, baik whole pertussis maupun half pertussis, EFEKTIVITAS SAMA.


Tanya jawab seputar vaksinasi:

1.    Menurut kawan-kawan jaman sekarang sebenarnya bagaimana sih akses untuk vaksin sendiri di lingkungan tempat tinggal kalian?

2.    Bagaimana tanggapan peserta mengenai “Anak tidak divaksin lebih sehat, vaksin itu haram”?
3.    Kalau system imunnya dari individu itu berbeda, nanti apakah tindakan vaksinasi itu juga berbeda?
4.    Sejauh ini vaksin belum ada generiknya ya?
5.    Jadwal imunisasi juga kan ada yang berbeda ya? Dari IDAI sama pemerintah? Itu keduanya gapapa? (*IDAI= Ikatan Dokter Anak Indonesia)
6.    Kenapa bisa ada vaksin dengan dosis yang berbeda? Terfikir gak sama teman-teman, karena dari tadi kan alasannya lebih murah dan lebih mahal dengan efek mnimal. Seharusnya, menurut teman-teman gimana? Asas adilnya tercapai gak buat masyarakat?
7.    Di materi 1, ditulis ada perbedaan jadwal vaksinasi antara bayi yang lahir di RS sama rumah, kenapa ya? Ada yang tahu?
8.    Kalau misalkan teman-teman berhadapan dengan ibu-ibu yang menolak vaksin, apa yang akan kalian lakukan?
9.    Menurut kalian, seberapa efektif penyuluhan yang dilakukan sama petugas kesehatan di daerah kalian saat ini?

 Beberapa poin penting dari hasil diskusi perihal wawasan peserta seputar materi vaksinasi antara lain:
1.    Poin permasalahan yang ditemukan sejauh ini (berdasarkan pendapat teman-teman) mengenai akses vaksinasi adalah:
1)  Tempat penyimpanan jauh.
2)  Tidak semua puskesmas memiliki akses vaksin atau pelayanannya.
3)  Petugas kurang promotif sehingga masyarakat kurang tahu.
4)  Pendapat kurang tepat di masyarakat (Anak tidak divaksin lebih sehat, Vaksin itu haram.)
2.    Pendapat yang sering diajukan oleh masyarakat yang tidak mau divaksin:
1)  Anak tetap jadi panas setelah divaksin.
2)  Haram
3)  Anak tetap sehat tanpa divaksin.
3.    Mahal murahnya vaksin juga dapat dilihat dari seberapa besar efek samping yang ditimbulakn seperti efek samping( demam) sedikit, kalau murah hasilnya dmam. Hal ini disebabkan perbedaan dosis penyuntikan.
4.    Kenapa terjadi demam setelah vaksinasi? Karena ada pathogen yang dimasukkan ke dalam tubuh dan tubuh berekasi untuk melawan pathogen tersebut.
5.    Vaksin yang mahal itu mengandung virus yang lebih kuat namun dengan jumlah yang sedikit sehingga efek demamnya sedikit.
6.    Adanya perbedaan jadwal vaksinasi antara bayi yang lahir di RS sama di rumah supaya si ibu yang melahirkan bayi di RS tidak lupa untuk melakukan vaksinasi. Selain itu, kalau di rumah, mungkin karena kondisinya, kurang memungkinkan dan si petugas kesehatannya tidak membawa vaksin yang bulan pertama karena prioritasnya adalah menolong orang, jadi yang diberi cuman yang 0 bulan.
7.    Bilamana berhadapan dengan ibu-ibu hendaknya dilakukan edukasi penyuluhan yang baik kepada ibu-ibu tersebut, petugas kesehatan, maupun tokoh masyarakat seputar pembahasan masalah vaksin, manfaat dan resiko bilama tidak dilakukannya vaksin, serta pentingnya vaksin itu sendiri ,bila perlu disertai bukti yang jelas dan konkrit.
8.    Kapasitas sebagai mahasiswa gak hanya berilmu dan memiliki idealism, kawan-kawan bisa manfaatin pengetahuan tersebut untuk menyebtuk masyarakat melalui informasi yang dikemas secara menarik. Dengan begitu, masyarakat akan dapat info terpercaya langsung dari anak-anak kedokteran daripada membaca blog yang kadang infonya bikin sesat. Intinya, bagaimana caranya kita mengemas info terpecaya tersebut dengan menarik dan mudah dimengerti orang awam.
 

Menjawab Argumen - Argumen Penentang Vaksinasi



Saat ini beredar berbagai pertanyaan dan keraguan terkait keamanan kehalalan vaksin di masyarakat. Untuk menjawab semua itu, Sekretaris Satgas Imunisasi Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) dr. Soedjatmiko, Sp.A (K) akan menjawabnya lewat tanya jawab sebagai berikut:


Benarkah imunisasi aman untuk bayi dan balita?

Benar. Saat ini 194 negara terus melakukan vaksinasi untuk bayi dan balita. Badan resmi yang meneliti dan mengawasi vaksin di  negara tersebut umumnya terdiri atas para dokter ahli penyakit infeksi, imunologi, mikrobiologi, farmakologi, epidemiologi, dan biostatistika. Sampai saat ini tidak ada negara yang melarang vaksinasi, justru semua negara berusaha meningkatkan cakupan imunisasi lebih dari 90% .
Mengapa ada “ilmuwan” menyatakan bahwa imunisasi berbahaya ?
Tidak benar imunisasi berbahaya.Ilmuwan” yang sering dikutip di buku, tabloid, milis ternyata bukan ahli vaksin, melainkan ahli statistik, psikolog, homeopati, bakteriologi, sarjana hukum, wartawan sehingga mereka tidak mengerti betul tentang vaksin. Sebagian besar mereka bekerja pada era tahun 1950- 1960, sehingga sumber datanya juga sangat kuno.
Benarkah “ilmuwan  kuno” yang sering dikutip buku,  tabloid, milis, ternyata  bukan ahli vaksin ?
Benar, mereka semua bukan ahli vaksin. Contoh : Dr Bernard Greenberg (biostatistika tahun 1950), DR. Bernard Rimland (Psikolog),  Dr. William Hay (kolumnis),  Dr. Richard Moskowitz (homeopatik), dr. Harris Coulter,  PhD (penulis buku homeopatik, kanker), Neil Z. Miller,  (psikolog, jurnalis), WB Clark (awal tahun 1950) , Bernice Eddy (Bakteriologis tahun 1954), Robert F. Kenedy Jr (sarjana hukum)  Dr. WB Clarke (ahli  kanker, 1950an), Dr. Bernard Greenberg (1957-1959).
Benarkah dokter Wakefield “ahli vaksin”, membuktikan  MMR menyebabkan autisme ?
Tidak benar.  Wakefield juga bukan ahli vaksin, dia  dokter spesialis bedah. Penelitian Wakefield tahun 1998 hanya dengan sample 18. Banyak penelitian lain oleh ahli vaksin di beberapa negara menyimpulkan MMR tidak terbukti mengakibatkan autis. Setelah diaudit oleh tim ahli penelitian, terbukti bahwa Wakefield memalsukan data, sehingga kesimpulannya salah. Hal ini telah diumumkan di majalah resmi kedokteran Inggris British Medical Journal Februari 2011.
Benarkah di semua vaksin terdapat zat-zat berbahaya yang dapat merusak otak ?
Tidak benar. Isu itu karena “ilmuwan” tersebut di atas  tidak mengerti isi vaksin, manfaat, dan batas keamanan zat-zat di dalam vaksin. Contoh: jumlah total etil merkuri yang masuk ke tubuh bayi melalui vaksin sekitar  2 mcg/kgbb/minggu, sedangkan batas aman menurut WHO adalah jauh lebih banyak (159 mcg/kgbb/minggu). Oleh karena itu vaksin mengandung merkuri dengan dosis yang sangat rendah dan dinyatakan aman oleh WHO dan badan-badan pengawasan lainnya.
Benarkah isu bahwa “semua zat kimia”  berbahaya bagi bayi ?
Tidak benar. Isu itu beredar karena penulis buku, tabloid, milis, tidak pernah belajar ilmu kimia. Oksigen, air, nasi, buah, sayur, jahe, kunyit, lengkuas, semua tersusun dari zat-zat kimia. Buktinya oksigen rumus kimianya O2, air H2O, garam NaCl. Buah dan sayur terdiri atas serat selulosa, fruktosa, vitamin, mineral, dll. Telur terdiri dari protein, asam amino, mineral. Itu semua zat kimia, karena ada rumus kimianya. Jadi zat-zat kimia umumnya  justru sangat dibutuhkan untuk manusia asal bukan zat yang berbahaya atau dalam takaran yang aman.
Benarkah vaksin terbuat dari nanah, dibiakkan di janin anjing, babi,  manusia yang sengaja digugurkan?
Tidak benar. Isu itu bersumber dari “ilmuwan”  50 tahun lalu (tahun 1961-1962). Teknologi pembuatan vaksin berkembang sangat pesat. Sekarang tidak ada vaksin yang terbuat dari nanah atau dibiakkan embrio anjing, babi, atau manusia.

Benarkah vaksin mengandung lemak babi ?
Tidak benar. Hanya sebagian kecil dari vaksin yang pernah bersinggungan dengan tripsin pada proses pengembangan maupun pembuatannya seperti vaksin polio dan meningitis. Pada vaksin meningitis, pada proses penyemaian induk bibit  vaksin tertentu 15 – 20 tahun lalu,  ketika panen bibit vaksin tersebut  bersinggungan dengan tripsin pankreas babi untuk melepaskan induk vaksin dari persemaiannya. Tetapi kemudian induk bibit vaksin tersebut dicuci dan dibersihkan total, sehingga pada vaksin yang disuntikkan tidak mengandung tripsin babi. Atas dasar itu maka Majelis Ulama Indonesia berpendapat vaksin itu boleh dipakai, selama belum ada penggantinya. Contohnya vaksin meningokokus (meningitis)  haji diwajibkan oleh Saudi Arabia bagi semua jemaah haji untuk mencegah radang otak karena meningokokus.
Benarkah vaksin yang dipakai di Indonesia buatan Amerika ?
Tidak benar. Vaksin yang digunakan oleh program imunisasi di Indonesia adalah  buatan PT Bio Farma Bandung, yang merupakan BUMN, dengan 98,6% karyawannya adalah Muslim. Proses penelitian dan pembuatannya mendapat pengawasan ketat dari ahli-ahli vaksin di BPOM dan WHO. Vaksin-vaksin tersebut juga diekspor ke 120 negara, termasuk 36 negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam, seperti Iran dan Mesir.    
Benarkah program  imunisasi hanya di negara Muslim dan miskin  agar menjadi bangsa yang lemah?
Tidak benar. Imunisasi saat ini dilakukan di 194 negara, termasuk negara-negara maju  dengan status sosial ekonomi tinggi, dan negara-negara non-Muslim.   Kalau imunisasi bisa melemahkan bangsa, maka mereka juga akan lemah, karena mereka juga melakukan program imunisasi, bahkan  lebih dulu dengan jenis vaksin lebih banyak.  Kenyataanya : bangsa dengan cakupan imunisasi lebih tinggi justru lebih kuat. Jadi terbukti bahwa imunisasi justru memperkuat kekebalan terhadap penyakit infeksi, bukan melemahkan.

Benarkah isu di buku, tabloid dan milis bahwa di Amerika banyak kematian bayi  akibat vaksin ?
Tidak benar. Isu itu karena penulis tidak faham data Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) FDA Amerika tahun 1991-1994, yang mencatat 38.787 laporan  kejadian ikutan pasca imunisasi, oleh penulis angka tersebut ditafsirkan sebagai angka kematian bayi 1 – 3 bulan. Kalau memang benar angka kematian begitu tinggi tentu FDA AS akan heboh dan menghentikan vaksinasi. Faktanya Amerika tidak pernah meghentikan vaksinasi bahkan mempertahankan cakupan semua imunisasi di atas 90 %. Angka tersebut adalah semua keluhan nyeri, gatal, merah, bengkak di bekas suntikan, demam, pusing, muntah yang memang rutin harus dicatat kalau ada laporan masuk. Kalau ada  38.787 laporan dari 4,5 juta bayi  berarti KIPI hanya 0,9 %.
Benarkah isu bahwa banyak bayi balita meninggal  pada imunisasi masal campak di Indonesia ?
Tidak benar. Setiap laporan kecurigaan adanya kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) selalu dikaji oleh Komnas/Komda KIPI yang terdiri dari pakar-pakar penyakit infeksi, imunisasi, imunologi. Setelah dianalisis dari keterangan keluarga, dokter yang merawat di rumah sakit, hasil pemeriksaan fisik, dan laboratorium, ternyata balita tersebut meninggal karena radang otak, bukan karena vaksin campak. Pada bulan itu ada beberapa balita yang tidak imunisasi campak juga menderita radang otak. Berarti kematian balita tersebut bukan karena imunisasi campak, tetapi karena radang otak.

Demam, bengkak, merah setelah imunisasi membuktikan bahwa vaksin berbahaya?
Tidak berbahaya. Demam, merah, bengkak, gatal di bekas suntikan adalah reaksi wajar setelah vaksin masuk ke dalam tubuh. Seperti rasa pedas dan berkeringat setelah makan sambal adalah reaksi normal tubuh kita. Umumnya keluhan tersebut akan hilang dalam beberapa hari. Boleh diberi obat penurun panas, dikompres. Bila perlu bisa konsul ke petugas kesehatan terdekat.

Benarkah vaksin Program Imunisasi  di Indonesia juga dipakai oleh 36 negara Muslim?
Benar. Vaksin yang digunakan oleh program imunisasi di Indonesia adalah  buatan PT Biofarma Bandung. Vaksin-vaksin tersebut dibeli dan dipakai oleh  120 negara, termasuk 36 negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam.
Benarkah  isu  di tabloid, milis, bahwa  program imunisasi gagal?
Tidak benar. Isu-isu tersebut bersumber dari data yang sangat kuno (50  – 150 tahun  lalu) hanya dari 1 – 2 negara saja, sehingga hasilnya sangat berbeda  dengan hasil penelitian terbaru, karena vaksinnya sangat berbeda.
Contoh :
-          Isu vaksin cacar variola gagal,  berdasarkan data yang sangat kuno, di Inggris tahun 1867 – 1880 dan Jepang tahun 1872-1892.  Fakta terbaru sangat berbeda, bahwa dengan imunisasi cacar di seluruh dunia sejak tahun 1980  dunia bebas cacar variola.
-          Isu vaksin difteri gagal, berdasarkan data di Jerman tahun 1939. Fakta sekarang: vaksin difteri dipakai di seluruh dunia dan mampu menurunkan kasus difteri hingga 95 %.
-          Isu pertusis gagal hanya dari data di Kansas dan Nova Scottia tahun 1986
-          Isu vaksin campak berbahaya hanya berdasar penelitian 1989-1991 pada anak miskin berkulit hitam di Meksiko, Haiti dan Afrika
Benarkah program imunisasi gagal, karena setelah diimunisasi bayi balita masih bisa tertular penyakit tersebut ?
Tidak benar program imunisasi gagalPerlindungan vaksin memang tidak 100%. Bayi dan balita yang telah diimunisasi masih bisa tertular penyakit, tetapi jauh lebih ringan dan tidak berbahaya. Bayi  balita yang belum diimunisasi lengkap bila tertular penyakit tersebut bisa sakit berat, cacat atau meninggal.

Benarkah imunisasi  bermanfaat mencegah wabah, sakit berat, cacat dan kematian bayi dan balita?
Benar.  Badan penelitian di berbagai negara membuktikan bahwa dengan meningkatkan cakupan imunisasi, maka penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi berkurang secara bermakna.  Oleh karena itu saat  ini program imunisasi dilakukan terus menerus di 194 negara, termasuk negara dengan sosial ekonomi tinggi dan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.  Semua negara berusaha meningkatkan cakupan agar lebih dari 90 %. Di Indonesia, setelah wabah polio 2005-2006 karena banyak bayi yang tidak diimunisasi polio, maka  menyebabkan 305 anak lumpuh permanen. Setelah digencarkan imunisasi polio, sampai saat ini tidak ada lagi kasus polio baru.
Mengapa di  Indonesia ada buku, tabloid, milis, yang menyebarkan isu bahwa vaksin berbahaya, tidak effektif, tidak dilakukan di negara maju ?
Karena di Indonesia ada orang-orang  yang tidak mengerti tentang vaksin dan imunisasi, hanya mengutip dari “ilmuwan” tahun 1950 -1960 yang ternyata bukan ahli vaksin, atau berdasar data-data 30 – 40 tahun lalu (1970 – 1980an) atau hanya dari 1 sumber yang tidak kuat. Atau dia mengutip Wakefield spesialis bedah, bukan ahli vaksin, yang penelitiannya dibantah oleh banyak tim peneliti lain, dan oleh majalah resmi kedokteran Inggris British Medical Journal Februari 2011 penelitian Wakefield dinyatakan salah alias bohong. Ia hanya berdasar kepada 1 – 2 laporan kasus yang tidak diteliti lebih lanjut secara ilmiah, hanya berdasar logika biasa.
Bagaimana orangtua harus bersikap terhadap isu-isu tersebut?
Sebaiknya semua bayi dan balita diimunisasi secara lengkap. Saat ini 194 negara di seluruh dunia yakin bahwa imunisasi aman dan bermanfaat mencegah wabah, sakit berat, cacat, dan kematian pada  bayi dan balita. Terbukti 194 negara tersebut terus menerus melaksanakan program imunisasi, termasuk negara dengan sosial ekonomi tinggi dan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, dengan cakupan umumnya lebih dari 85 %.
Badan penelitian di berbagai negara membuktikan kalau semakin banyak bayi balita tidak diimunisasi akan terjadi wabah, sakit berat, cacat atau mati. Hal ini telah terbukti di Indonesia, di mana wabah polio merebak pada tahun 2005-2006 (305 anak lumpuh permanen), wabah campak 2009 – 2010 (5.818 anak dirawat di RS, meninggal 16), dan wabah difteri 2010-2011 (816 anak di rawat di RS, 56 meninggal).
Bisakah  ASI, gizi, dan suplemen herbal menggantikan imunisasi ?
Tidak ada satupun badan penelitian di dunia yang menyatakan bisa, karena kekebalan yang dibentuk sangatlah berbeda. ASI, gizi, suplemen herbal, kebersihan, hanya memperkuat pertahanan tubuh secara umum, karena tidak membentuk kekebalan spesifik terhadap kuman tertentu. Kalau  jumlah kuman banyak dan ganas, perlindungan umum tidak mampu melindungi bayi, sehingga masih bisa sakit berat, cacat atau bahkan mati.
Imunisasi merangsang pembentukan antibodi dan kekebalan seluler yang spesifik terhadap kuman-kuman atau racun kuman tertentu, sehingga bekerja lebih cepat, efektif, dan efisien untuk mencegah penularan penyakit yang berbahaya.
Bolehkah selain diberikan imunisasi, ditambah dengan suplemen gizi dan herbal?
Boleh. Selain diberi imunisasi, bayi harus diberi ASI eksklusif, makanan pendamping ASI dengan gizi lengkap dan seimbang, kebersihan badan, makanan, minuman, pakaian, mainan,  dan lingkungan. Suplemen diberikan sesuai kebutuhan individual yang bervariasi. Selain itu bayi harus diberikan kasih sayang dan stimulasi bermain untuk mengembangkan kecerdasan, kreatifitas dan perilaku yang baik.
Benarkah bayi dan balita yang tidak diimunisasi lengkap rawan tertular penyakit berbahaya ? 
Benar. Banyak penelitian imunologi dan epidemiologi di berbagai membuktikan bahwa bayi balita yang tidak diimunisasi lengkap tidak mempunyai kekebalan spesifik terhadap penyakit-penyakit berbahaya. Mereka mudah tertular penyakit tersebut, akan menderita sakit berat, menularkan ke anak-anak lain, menyebar luas, terjadi wabah, menyebabkan banyak kematian dan cacat.

Benarkah wabah akan terjadi bila banyak bayi dan balita tidak diimunisasi  ?
Benar. Itu sudah terbukti di beberapa negara Asia, Afrika dan di Indonesia.
Contoh: wabah polio 2005-2006 di Sukabumi karena banyak bayi balita tidak diimunisasi polio, dalam hitungan beberapa bulan, virus polio menyebar cepat ke Banten, Lampung, Madura, menyebabkan 305 anak lumpuh permanen.
Wabah campak di Jawa Tengah dan Jawa Barat  2010-2011 mengakibatkan  5.818 anak dirawat di rumah sakit dan 16 anak di antaranya meninggal dunia.
Wabah difteri dari Jawa Timur 2009 – 2011 menyebar ke Kalimantan Timur, Selatan, Tengah, Barat, DKI Jakarta, menyebabkan 816 anak harus di rawat di rumah sakit, 54 meninggal.
Tentang Penulis
 *dr. Soedjatmiko, Sp.A (K) merupakan,
  1. Ketua III Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia 2002-2008
  2. Sekretaris Satgas Imunisasi Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI).
  3. Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang - Pediatri  Sosial, Magister Sains Psikologi Perkembangan.