Welcome, dear fellows!

Welcome!
Feel free to surf the highlighted knowledge of biology.Wish you bunch of luck.
:)

Translate

Sunday, 28 June 2015

Let us learn about Teratology!

Basic Information
" Teratologi merupakan cabang dari ilmu embriologi yang khusus mempelajari tentang akibat, mekanisme dan manifestasi embrionik yang cacat (abnormal) atau anomali pertumbuhan dan perkembangan manusia."
  • Pengetahuan masyarakat tentang pengaruh teratogen terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin masih sangat terbatas, dikarenakan masyarakat belum memahami dampak dari faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin di masa embrio, salah satunya kelainan bawaan pada kelebihan pertumbuhan jari tangan atau Polydactyly.
Mengenal Teratologi
  • Teratologi adalah bidang ilmu yang mempelajari anomali pertumbuhan dan perkembangan tentang pertumbuhan struktural yang abnormal luar biasa. Oleh pertumbuhan abnormal luar biasa itu lahir bayi atau digugurkan janin yang cacat. Bayi yang lahir cacat hebat itu disebut monster, misalkan kembar dempet yang pertautannya parah sekali disebut monster duplex. 
  • Pada orang setiap 50 kelahiran hidup rata-rata 1 yang cacat, sedangkan yang digugurkan perbandingan itu jauh lebih tinggi. Perbandingan bervariasi sesuai dengan jenis cacat, contohnya:
    Jenis Cacat
    Frekuensi
    Lobang antara vantrium
    1:5
    Cryptorchidisme
    1:300
    Sumbing dan langit-langit celah
    1:1.000
    Albino
    1:20.000
    Hemophilia
    1:50.000
    Tak ada anggota
    1:500.000
    Melihat kepada bagian tubuh yang kena, persentage keseringan cacat ialah:
    • SSP (susunan saraf pusat) 60%
    • Saluran pencernaan 15%
    • Kardiovaskular 10%
    • Otot dan kulit 10%
    • Alat lain 5%
  • Cacat yang sering juga ditemukan ialah seperti: sirenomelus (anggota sepertikan ikan duyun, anggota belakang tidak ada dan anggota depan pendek), phocomelia (anggota seperti anjing laut, tangan dan kaki seperti sirip untuk mendayung), polydactyly (berjari 6), sindactyly (berjari 4) jari buntung, tak berjari kaki dan tangan, ada ekor, dwarfisme (kerdil), cretinisme (cebol), dan gigantisme (raksasa).
  • Kejadian cacat ini terjadi karena beberapa hal, diantaranya sebagai berikut:
  1. Gangguan pertumbuhan kuncup suatu alat (agenesis)
  2. Terhenti pertumbuhan di tengah jalan
  3. Kelebihan pertumbuhan
  4. Salah arah differensiasi
  • Agenesis atau terganggunya pertumbuhan suatu kuncup alat, menyebabkan adanya janin yang tak berginjal, tak ada anggota, tak ada pigment (albino), dan sebagainya. Kalau pertumbuhan terhenti di tengah jalan, terjadi janin cacat seperti sumbing atau dengan langit-langit celah, uterus duplex, dwarfisme, hernia. Kalau kelebihan pertumbuhan contohnya gigantisme, polydactyly, dan kembar. Sedangkan yang salah arah differensiasi menimbulkan tumor, achondroplasia, mongolisme, teratoma, dan lain-lain.
  • Secara natural cacat itu sulit dipastikan apa penyebabnya yang khusus. Mungkin sekali gabungan atau kerja sama berbagai faktor genetis dan lingkungan. Secara experimentil dapat dibuat cacat, dengan mempergunakan salah satu teratogen (penyebab teratogenesis) dan mengontrol faktor yang lainnya. Teratogen bekerja melalui beberapa proses yaitu sebagai berikut:
  1. Mengubah kecepatan proliferasi sel
  2. Menghalangi sintesa enzim
  3. Mengubah permukaan sel sehingga agregasi tak benar.
  4. Mengubah matrikx, yang mengganggu perpindahan sel-sel
  5. Merusak organizer atau daya kompotensi sel berspons
Faktor Teratogen

Faktor yang menyebabkan cacat ada 3 kelompok yaitu:
  1. Faktor genetis
a. Mutasi, yakni perubahan pada susunan nukleotida gen (ADN). Mutasi menimbulkan alel cacat, yang mungkin dominan, kodominan atau resesif. Ada alel cacat itu yang rangkai kelamin artinya diturunkan bersama-sama dengan karakter jenis kelamin. Contoh cacat karena mutasi: polydactyly, syndactyly, hemophilia, muscular dystrophy, dan albino.
b. Aberasi, yakni perubahan pada susunan kromosom. Ada perubahan pada ploidy, yakni dari diploid menjadi triploid, tetrapolid dan seterusnya. Pada manusia tak dikenal susunan kromosomganda begini. Ada pula perubahan pada jumlah salah satu kromosom, seperti dari 2N menjadi 2N-1, 2N+1, 2N-2, 2N+2, dan seterusnya. Contoh CACAT kareba aberasi pada manusia: berbagai macam penyakit turunan sindroma, seperti Sindroma Down, Turner, Patau, Klinefelter, dan Edward. Banyak diantara CACAT ini yang demikian parah, sehingga dapat bertahan hidup beberapa hari estela lahir.

  1. Faktor fisik pada rahim
Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan pelindung terhadap cedera. Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan bawaan. Cairan ketuban yang terlalu sedikit bisa mempengaruhi pertumbuhan paru-paru dan anggota gerak tubuh atau bisa menunjukkan adanya kelainan ginjal yang memperlambat proses pembentukan air kemih. Penimbunan cairan ketuban terjadi jika janin mengalami gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan otak yang berat (misalnya anensefalus atau atresia esofagus).

  1. Faktor lingkungan
  a. Infeksi pada ibu hamil juga bisa merupakan teratogen. Beberapa infeksi selama kehamilan yang dapat menyebabkan sejumlah kelainan bawaan:
    1. Sindroma rubella kongenital ditandai dengan gangguan penglihatan atau pendengaran, kelainan jantung, keterbelakangan mental dan cerebral palsy.
    2. Infeksi toksoplasmosis pada ibu hamil bisa menyebabkan infeksi mata yang bisa berakibat fatal, gangguan pendengaran, ketidakmampuan belajar, pembesaran hati atau limpa, keterbelakangan mental dan cerebral palsy.
    3. Infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil, jika ditularkan kepada bayinya sebelum atau selama proses persalinan berlangsung, bisa menyebabkan kerusakan otak, cerebral palsy, gangguan penglihatan atau pendengaran serta kematian bayi.
    4. Penyakit ke-5 bisa menyebabkan sejenis anemia yang berbahaya, gagal jantung dan kematian janin
    5. Sindroma varicella kongenital disebabkan oleh cacar air dan bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada otot dan tulang, kelainan bentuk dan kelumpuhan pada anggota gerak, kepala yang berukuran lebih kecil dari normal, kebutaan, kejang dan keterbelakangan mental.
  •  Radiasi obat tertentu dan racun merupakan teratogen. Secara umum, seorang wanita hamil sebaiknya:
a. Mengkonsultasikan dengan dokternya setiap obat yang dia minum
b. Berhenti merokok
c. Tidak mengkonsumsi alkohol
d. Tidak menjalani pemeriksaan rontgen kecuali jika sangat mendesak.

Gizi:
  • Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menghindari teratogen, tetapi juga dengan mengkonsumsi gizi yang baik. Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat. Kekurangan asam folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina bifidatabung saraf lainnya. Karena spina bifida bisa terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dia hamil, maka setiap wanita usia subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari. Ibu yang hamil harus menjaga dari difiensi vitamin atau hormon, hal ini apabila tidak dapat diperhatikan dengan baik dapat menimbulkan cacat pada janin yang sedang dikandung.
Defisiensi
Cacat
Vitamin A
Mata
Vitamin B comp. C,D
Tulang/rangka
Tiroxin
cretinisme
Somatotropin
Dwarfisme
  • Radiasi sinar-X
Ibu hamil yang diradiasi sinar-X (untuk terapi atau diagnosa), ada yangh melahirkan bayi cacat pada otak. Mineral radioaktif tanah sekeliling berhubungan erat dengan lahir cacat bayi di daerah bersangkutan.
  • Emosi
Sumbing dan langit-langit celah, kalau terjadi pada minggu ke-7 sampai 10 kehamilan orang, dapat disebabkan emosi ibu. Emosi itu mungkin lewat sistem hormon. Stres psikis ibu membuat cortex adrenal hyperactive, sehingga penggetahan hydrocortisone tinggi.
Cacat lahir atau bawaan
  •  Cacat lahir sering juga disebut malformasi kongenital atau anomali kongenital adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan kelainan struktur, perilaku, faal, dan kelainan metabolik yang ditemukan pada waktu lahir. Ilmu pengetahuan yang mempelajari sebab-sebab dan mekanisme terjadinya kelainan ini adalah Teratology.
  • Secara umum penyebab cacat fisik pada janin cukup beragam yang sebagian dapat kita cegah misalkan sbb:
  •  Rokok, alkohol, narkotika
    • Beberapa zat berbahaya seperti rokok, alkohol atau narkotika dipastikan bisa berdampak tidak baik bagi janin. Berbagai penelitian menunjukkan, rokok dan alkohol bisa mengakibatkan keguguran, bayi lahir dengan berat lahir rendah, lahir prematur, cacat, maupun lahir dalam keadaan sudah tak bernyawa. Yang sering terabaikan adalah ibu sebagai perokok pasif. Oleh karenanya rumah maupun kantor ibu juga harus bebas dari asap rokok.
  • Obat-obatan
    • Mengonsumsi obat-obatan juga tidak boleh sembarangan karena kandungannya mungkin saja membahayakan kehamilan. Beberapa jenis obat dan jejamuan yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada janin. Inilah alas an mengapa selama kehamilan, khususnya trimester pertama, ibu hamil amat dianjurkan untuk menghindari pemakaian obat-obatan tanpa berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter kebidanan dan kandungan yang menanganinya.
  • Faktor usia
    • Semakin tua usia ibu hamil, semakin banyak komplikasi penyakit yang mungkin diderita. Di antaranya semakin tinggi risiko melahirkan bayi dengan Down Syndrome (DS).
  • Faktor hormonal
    • Faktor hormonal diduga memiliki keterkaitan dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroid maupun ibu penderita diabetes melitus lebih besar peluangnya mengalami gangguan pertumbuhan dibandingkan bayi yang dilahirkan oleh ibu tanpa gangguan hormonal.
  • Faktor gizi
    • Pada hewan percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, penelitian menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan zat-zat tertentu lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang status gizinya baik. Kekurangan asam folat dan seng/zinc, contohnya, akan menyebabkan bibir bayi sumbing.
  • Paparan zat kimia dan radiasi
    • Makanan atau apa saja yang masuk ke tubuh seorang ibu hamil akan menemukan jalan menuju janin yang sedang tumbuh dalam kandungan. Dengan demikian harus diperhatikan zat-zat kimia pada makanan dan lainnya yang dapat mengancam kehamilan. Hindari mengonsumsi atau menggunakan bahan-bahan yang memungkinkan ibu terpapar bahan-bahan kimia seperti obat makanan (daging, ikan, sayur, buah dalam kaleng dengan pengawet dan pewarna), antihama/insektisida, cat rambut, make up wajah dengan merkuri dan timbal, uap pernis dan cat.
  • Faktor infeksi
    • Infeksi yang terjadi terutama pada trimester pertama disamping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan risiko keguguran. Contohnya, infeksi virus rubella dapat menyebabkan bayi menderita katarak, mengalami kelainan pada sistem pendengaran, dan kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain infeksi virus sitomegalovirus dan toksoplasmosis. Jika sampai mengganggu pertumbuhan pada sistem saraf pusat maka dapat menyebabkan hidrosefalus (lingkar kepala membesar akibat timbunan cairan) atau mikrosefalus (lingkar kepala terlalu kecil atau dikenal dengan istilah mikroftalmia).
  • Kelainan genetik/kromosom
    • Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan memberi kontribusi yang tidak kecil pada kelainan kongenital anak mereka. Kemajuan teknologi kedokteran memungkinkan pemeriksaan adanya kelainan kromosom selagi masih berbentuk janin. Contohnya, kelainan kromosom trisomi 21 yang terwujud sebagai sindroma Down (mongolism) ataupun kelainan pada kromosom kelamin yakni sindroma Turner.
  • Radiasi
    • Paparan radiasi sinar X dan radiasi nuklir terutama pada awal kehamilan diduga kuat dapat menimbulkan kelainan kongenital. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar dikhawatirkan akan mengakibatkan mutasi pada gen dan menyebabkan kelainan. Itulah mengapa radiasi untuk keperluan diagnostik atau pengobatan sekalipun sebaiknya dihindari semasa kehamilan, khususnya kehamilan trimester pertama.
  • Faktor-faktor lain
    • Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Kondisi janin dan faktor lingkungan hidup dalam rahim juga diduga dapat menjadi faktor penyebab. Di antaranya masalah hipoksia, hipotermia, ataupun hipertermia. Ada kalanya suatu kelainan kongenital belum terlihat pada waktu lahir, dan baru ditemukan beberapa waktu kemudian. Bila ditemukan dua atau lebih kelainan kongenital minor, sangat mungkin akan ditemukan kelainan kongenital mayor di tempat lain. Angka kejadian kelainan kongenital berkisar 15 per 1.000 kelahiran.
Cara mencegah cacat fisik pada janin:
Selain berusaha menghindari berbagai faktor penyebab, ada baiknya calon ibu juga melakukan langkah pencegahan ini:
a. Mengonsumsi asam folat
  • Kekurangan suplementasi asam folat bisa menyebabkan kelainan tabung saraf (neural tube defects) pada bayi. Karena itu, sebaiknya asam folat dikonsumsi beberapa bulan sebelum kehamilan. Namun tidak terlambat juga jika suplemen baru dikonsumsi di minggu-minggu pertama kehamilan. Asam folat alami bisa didapat dari sayuran berwarna hijau tua, buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Namun berhubung kebutuhan pada masa kehamilan cukup tinggi, ibu dianjurkan menelan suplemen asam folat setiap hari.
b. Konseling genetik
  • Bila silsilah keluarga memper-lihatkan ada keluarga langsung yang memiliki riwayat kehamilan dengan kelainan kongenital sebaiknya segera lakukan konseling genetik sebelum merencanakan kehamilan. Ingat, kecacatan bisa diturunkan secara genetik.
c. Pola hidup sehat
  • Upayakan untuk menerapkan pola hidup sehat. Hentikan merokok dan hindari asap rokok maupun zat-zat berbahaya lainnya demi tumbuh-kembang janin. Konsumsilah hanya makanan yang betul-betul sehat. Hindari daging merah mentah atau setengah matang, seperti sate, steik, dan sejenisnya karena kuman penyakit bisa saja masih hidup di dalamnya. Jika ibu suka lalap mentah, cucilah dulu hingga bersih dengan air mengalir. Menu sushi atau sashimi tidak dilarang tetapi harus terjamin kesegaran dan kebersihannya.
d. Tidak sembarangan minum obat
  • Konsultasikan dengan dokter bila membutuhkan terapi obat-obatan.
e. Jalani pengobatan
  • Bila terdeteksi ada toksoplasma atau lainnya, segera jalani pengobatan semestinya secara tuntas agar kehamilan berjalan lancar dan bayi terlahir sehat serta sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Volpe JJ. Neurology of th Newborn, 2nd ed., Philadelphia: WB Saunders Company, 1987;hal.664-91.
Girwood RH. Clinical Pharmacology, 25thed., Londong: Bailliere Tindall, 1984; Hal. 561-5.
Avery GS. Drug Treatment, 2nd ed., Sydney, New York: Adis Press, 1980; hal. 65, 86-7.
American Medical Association, AMA Drug Evaluations, 5th ed., Philadelphia: WB Saunders Company, 1983;hal.31-42.
Osol. A. Remington's Pharmaceutical Sciences, Pennsylvania:Mack Publishing Co., 1980;hal. 1278.
Tropical Disease Research Foundation, Inc. Guidelines on Anti-microbial Therapy, 1st ed.,Manila, 1988;hal 88-9.
 

Let us learn about Embriology!



Basic Information
  • Reproduksi merupakan naluri setiap organisme untuk beranak-pinak guna memlihara daur kehidupan. 
  • Embriologi adalah studi mengenai embrio atau mudigah, yakni makhluk yang sedang dalam tingkat tumbuh dalam kandungan baik dalam tubuh induk (rahim) maupun luar tubuh induk (telur).
  • Organogenesis adalah perkembangan organ-organ anggota tubuh. Faktor penghambatnya bisa berupa faktor genetik, lingkungan dan faktor fisik pada rahim.
Fetus in the Womb

 Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia
  •  Tahap awal perkembangan manusia diawali dengan peristiwa pertemuan/ peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa Fertilisasi.
  •  Sel ovum dan sperma menyatu --> zigot --> pembelahan sel  (cleavage)--> embrio.
  •  Tahapan pertumbuhan & perkembangan embrio antara lain:
    1. Fase Embriogenik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina.
    2. Fase Fertilisasi yaitu pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zigot. Zigot akan melakukan pembelahan sel (cleavage). 
  • Tahapan fase embrionik yaitu:
Tahap Fertilisasi sampai blastula

 Tahap gastrula sampai janin (fetus)
    1. Morula
      •  adalah suatu bentukan sel seperti bola (bulat) akibat pembelahan sel secara terus-menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.
      • Morulasi yaitu proses terbentuknya morula.
    2. Blastula
      •  adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan. 
      •  Bentuk ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan.
      • Terdapat cairan sel yang disebut sebagai blastosol.
      • Blastulasi yaitu proses terbentuknya blastula.
    3.  Gastrula
      • adalah bentuk lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya semakin nyata dan sudah mempunyai lapisan dinding tubuh sembrio serta rongga tubuh.
      • Gastrula pada beberapa hewan tertentu beberda dalam hal jumlah lapisan dinding tubuh embrionya,
      • Triploblastik yaitu hewan yang mempunyai 3 lapisan dinding tubuh embrio, berupa ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Hal ini dimiliki oleh hewan tingkat tinggi seperti Vermes, Mollusca, Arthropoda, Echinodermata dan semua Vertebrata.
      •  Diploblastik merupakan hewan yang mempunyai 2 lapisan dinding tubuh embrio, berupa ektoderm dan endoderm. Dimiliki oleh hewan tingkat rendah seperti Porifera dan Coelenterata.
      • Gastrulasi yaitu proses terbentuknya gastrula.
 Organogenesis
  • Organogenesis adalah proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup (hewan dan manusia). 
  • Pembentukan lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula, contohnya 
    • Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera.
    • Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren.
    • Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo.
  •  Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup. Contohnya lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata.
Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia
  • Setelah peristiwa fertilisasi, zygote akan berkembang menjadi embrio yang sempurna dan embrio akan tertanam pada dinding uterus ibu. Hal ini terjadi masa 6 – 12 hari setelah proses fertilisasi. Sel-sel embrio yang sedang tumbuh mulai memproduksi hormon yang disebut dengan hCG atau human chorionic gonadotropin, yaitu bahan yang terdeteksi oleh kebanyakan tes kehamilan.
  • HCG membuat hormon keibuan untuk mengganggu siklus menstruasi normal, membuat proses kehamilan jadi berlanjut.
  • Janin akan mendapatkan nutrisi melalui plasenta/ari-ari. Embrio dilindungi oleh selaput-selaput yaitu :
    1. Amnion yaitu selaput yang berhubungan langsung dengan embrio dan menghasilkan cairan ketuban. Berfungsi untuk melindungi embrio dari guncangan.
    2.  Korion yaitu selaput yang terdapat diluar amnion dan membentuk jonjot yang menghubungkan dengan dinding utama uterus. Bagian dalamnya terdapat pembuluh darah.
    3. Alantois yaitu selaput terdapat di tali pusat dengan jaringan epithel menghilang dan pembuluh darah tetap. Berfungsi sebagai pengatur sirkulasi embrio dengan plasenta, mengangkut sari makanan dan O2, termasuk zat sisa dan CO2.
    4. Sacus vitelinus yaitu selaput yang terletak diantara plasenta dan amnion. Merupakan tempat munculnya pembuluhdarah yang pertama.
Tahapan perkembangan pada masa embrio 
 Tahapan perkembangan embrio

Human Canergie States
  1.  Bulan pertama : Sudah terbentuk organ-organ tubuh yang penting seperti jantung yang berbentuk pipa, sistem saraf pusat (otak yang berupa gumpalan darah) serta kulit. Embrio berukuran 0,6 cm.
  2. Bulan kedua: Tangan dan kaki sudah terbentuk, alat kelamin bagian dalam, tulang rawan (cartilago).Embrio berukuran 4 cm.
  3. Bulan ketiga: Seluruh organ tubuh sudah lengkap terbentuk, termasuk organ kelamin luar. Panjang embrio mencapai 7 cm dengan berat 20 gram.
  4. Bulan keempat: Sudah disebut dengan janin dan janin mulai bergerak aktif. Janin mencapai berat 100 gram dengan panjang 14 cm.
  5. Bulan kelima: Janin akan lebih aktif bergerak, dapat memberikan respon terhadap suara keras danmenendang. Alat kelamin janin sudah lebih nyata dan akan terlihat bila dilakukan USG (Ultra Sonographi).
  6. Bulan keenam: Janin sudah dapat bergerak lebih bebas dengan memutarkan badan (posisi)
  7. Bulan ketujuh: Janin bergerak dengan posisi kepala ke arah liang vagina.
  8. Bulan kedelapan : Janin semakin aktif bergerak dan menendang. Berat dan panjang janin semakin bertambah, seperti panjang 35-40 cm dan berat 2500 – 3000 gram.Bulan kesembilan : Posisi kepala janin sudah menghadap liang vagina. Bayi siap untuk dilahirkan.
  9. Bulan kesembilan : Posisi kepala janin sudah menghadap liang vagina. Bayi siap untuk dilahirkan.
Fase Pasca Embrionik
Fase Pasca Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup setelah masa embrio, terutama penyempurnaan alat-alat reproduksi setelah dilahirkan. Pada fase ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi biasanya hanya peningkatan ukuran bagian-bagian tubuh dari makhluk hidup. Kecepatan pertumbuhan dari masing-masing makhluk hidup berbeda-beda satu dengan yang lain. Setelah lahir disebut dengan nama bayi dan memasuki masa neonatal. Fase ini memiliki beberapa tahap yaitu :
  •  Bayi dengan usia 1 – 12 bulan.
  •  Balita, dibagi lagi menjadi 2 yaitu batita dengan usia 1-3 tahun dan balita 3-5 tahun.
  •  Anak-anak dengan usia 6 – 12 tahun
  • Remaja dengan usia 13 – 17 tahun (Pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini disebut adolesens/akil balig).
  •  Dewasa dengan usia 18 – 50 tahun
  •  Manula dengan usia diatas 50 tahun

DAFTAR PUSTAKA
Volpe JJ. Neurology of th Newborn, 2nd ed., Philadelphia: WB Saunders Company, 1987;hal.664-91.
Girwood RH. Clinical Pharmacology, 25thed., Londong: Bailliere Tindall, 1984; Hal. 561-5.
Avery GS. Drug Treatment, 2nd ed., Sydney, New York: Adis Press, 1980; hal. 65, 86-7.
American Medical Association, AMA Drug Evaluations, 5th ed., Philadelphia: WB Saunders Company, 1983;hal.31-42.
Osol. A. Remington's Pharmaceutical Sciences, Pennsylvania:Mack Publishing Co., 1980;hal. 1278.
Tropical Disease Research Foundation, Inc. Guidelines on Anti-microbial Therapy, 1st ed.,Manila, 1988;hal 88-9.